Kamis (15/11). Jam masih menunjukkan pukul 03.30, waktu Shubuh belum juga tiba, tiga buah bis besar merayap keluar dari gerbang Al-Ma’tuq. Bis-bis itu membawa santri-santri puteri yang meski baru bangun tidur namun tampak semangat dan penuh keriangan di dalamnya.
Maklum saja hari itu kegiatan belajar mengajar di Pesantren diliburkan mengikuti hari libur nasional yang terdapat di kalender, mereka ingin mengisinya dengan berekreasi ke objek wisata kebanggaan Sukabumi; Pantai Palabuhan Ratu rupanya yang hendak mereka tuju.
Melewati Karang Tengah Cibadak, rombongan besar itu mampir dulu untuk shalat Shubuh di masjid Jami’ Assalam, lalu melanjutkan kembali perjalanan hingga ‘berlabuh’ di pantai Karang Naya Palabuhan Ratu sekitar pukul 07.00.
Setelah sarapan yang memang telah dibekal dari Pesantren, para santri pun dilepas bebas bermain-main di sekitar pantai setelah sebelumnya diberi pengarahan oleh Usth Hindun yang cukup mengenal medan karena beliau orang asli Palabuhan Ratu.
Bermacam-macam cara santri memanfaatan kesempatan tersebut. Ada yang bermain pasir, basah-basahan di air dan menantang ombak, selonjoran di batu-batu karang, pun ada yang menghabiskan waktu dengan berburu jajanan yang memang bertebaran di sekitar pantai.
Pukul 10.00 mereka berhenti dan bersih-bersih di kamar mandi. Seakan masih belum puas bermain, mereka lantas berangkat lagi ke objek pantai lainnya di Karang Hawu yang ditempuh sekitar 15 menit dari Karang Naya dengan bis yang sama.
Sholat dan Makan Siang di Masjid Imam Asy-Syafi’i
Setelah puas di Karang Hawu barulah mereka pulang tepat pukul 12.30 dan mampir di Masjid Imam Asy-Syafi’i di daerah Pangsor Palabuhan Ratu untuk shalat Zhuhur yang di-jama’ taqdim dengan shalat Ashar.
Alhamdulillah sebagian orangtua santri yang berasal dari daerah ini bersedia menyiapkan makan siang untuk semua anggota rombongan, rupanya mereka telah dikontak sebelumnya oleh panitia untuk bekerjasama dalam penyediaan konsumsi tersebut.
Beristirahat tak kurang dari 1 jam di masjid yang dikelola oleh ikhwah-ikhwah salafi tersebut, rombongan lantas beranjak dan naik bis kembali untuk pulang.
Oleh-oleh Tahu Sumedang
Baru sekitar 20 menit melaju, tak dinyana sebelumnya semua bis berhenti lagi seolah ada sesuatu yang terjadi. Rupanya rombongan dicegat oleh salah seorang wali santri yang rumahnya ada di daerah tersebut tepat di pinggir jalan. Di situlah rumah Sania Nur Utami (santri kelas 2 Mutawassithah).
Tak tanggung-tanggung, Abu Sania membagi masing-masing santri sekantong tahu Sumedang yang terkenal itu, tentu saja para ustadz pembimbing pun kebagian dengan porsi yang lebih besar. Alhamdulillah, wajazahullahu khairan katsiran..
Setelah itu rombongan benar-benar pulang menuju pesantren tercinta tanpa ada hambatan di jalan dan tiba tepat pada saat Adzan Maghrib berkumandang. Allahu Akbar,, Allahu Akbar….
(bete)