Disarikan
dari ceramah Ust. Ade Hermansyah, Senin 29 Sya’ban 1422 H / 12 April 2021
Tidak
terasa sesaat lagi kita akan bertemu dengan bulan Ramadhan. Masih terbayang
tahun lalu, kita masuk Ramadhan sembari dihantui banyak ketakutan seiring
merebaknya wabah covid-19, tahun ini pun wabah belum berakhir, meski tak
semenakutkan saat itu. Sebagian saudara kita yang tahun lalu masih bersama
kita, tahun ini sudah tidak lagi bersama karena lebih dulu dipanggil Allah.
Kita pun tidak tahu apakah kita masih memiliki jatah usia hingga benar-benar
dapat mendapati Ramadhan esok hari.
Menu
Ramadhan telah disiapkan, membuat hati berbuncah ingin segera menyongsongnya.
Menu itu bukan rupa-rupa makanan dan minuman favorit yang siap mengisi
perut-perut kosong di kala berbuka, namun ia adalah menu-menu yang telah Allah hadirkan
untuk memperkokoh iman: Shaum, shalat lima waktu, dan zakat fithri sebagai menu
utama, lalu qiyamullail, tilawah, doa, zikir, i’tikaf, dan malam lailatul qadr
sebagai menu tambahan dan sajian spesial. Sebagian besar menu itu tersedia pula
di luar bulan Ramadhan, namun semua menjadi istimewa saat dicicipi di bulan penuh
berkah ini, bulan dilipatgandakannya pahala-pahala kebaikan.
Kebahagiaan
Orang Berpuasa
Nabi
shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ :
فَرْحَةٌ عِنْدَ إِفْطَارِهِ ، وَ فَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
“Bagi
orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan
kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya.” (Muttafaq
‘alaih)
Sebagian
orang salah memahami hadits yang mulia ini, seolah kebahagiaan itu adalah makan
dan minum di waktu Maghrib setelah berlapar-lapar seharian. Baginya berbuka
adalah kebahagiaan dan berpuasa adalah kesengsaraan. Puasa nampak menjadi beban
baginya, lalu terlepaslah beban itu di saat berbuka. Bila itu yang terjadi
alangkah ruginya orang yang berpuasa, karena kebahagiaanya lebih singkat dari
pada kesengsaraannya. Berbuka itu hanya beberapa menit saja sedangkan berpuasa
begitu lama hingga 12-13 jam.
Bagi
orang yang menikmati ibadah puasa, kebahagiaan itu sejatinya ada pada puasanya,
lalu di saat berbuka ia semakin berbahagia, bukan karena makan dan minumnya,
namun karena dia berhasil menjalankan perintah Allah dan menahan hal-hal yang
membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.
Kunci
Menikmati Ramadhan
Bila
di hadapan seseorang tersaji beragam makanan dan minuman, secantik apapun
penampilannya, dan semahal apapun harganya, tetap saja tak bisa mengundang
selera apalagi membuatnya dapat menikmatinya, apabila ia tidak merasa butuh
kepada aneka sajian tersebut. Sebaliknya orang yang merasa butuh, jauh-jauh
hari akan mengidam-idamkannya dan bila telah didapat terasa berat baginya melepaskannya.
Kuncinya rasa butuh.
Kunci
menikmati shaum Ramadhan tiada lain rasa butuh ini. Rasa butuh kepada shaum itu
sendiri, juga rasa butuh kepada Allah dan segenap ganjaran yang dijanjikan-Nya.
Bukan sekedar menunaikan perintah-Nya semata, yang lebih sering menyebabkan seorang
hamba merasa terbebani. Perasaan butuh akan menyampaikannya ke puncak cinta. Di
atas cinta itu, menu-menu Ramadhan yang Allah sajikan dilalap habis, tak rela bila
ada yang terluput,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ
“Hai manusia, kalian itu butuh kepada
Allah.” (Fathir: 15)
Rasa
butuh itulah yang menyebabkan kaum salaf dahulu menantikan kedatangan Ramadhan sejak
jauh-jauh hari, dan menjadikan mereka berat berpisah dengannya. Sekeluarnya
dari Ramadhan mereka takut dosanya tak diampuni, gara-gara tak pandai memanfaatkan
Ramadhan selagi masih tersaji.
Mari
sambut Ramadhan dengan kekuatan fisik dan mental. Jalankan setiap amalan yang
disediakan Allah dengan ikhlas, penuh cinta dan butuh kepada-Nya. Jangan sampai
terjadi sekeluarnya dari Ramadhan kelak kondisi kita tiada perbaikan, dosa
masih berlumuran tak terbersihkan,
رَغِمَ
أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ
لَهُ
Celakalah bagi seseorang yang mendapati bulan Ramadhan,
kemudian ia berlalu, tanpa diampuni dosanya. ((Hadits Shahih riwayat Tirmidzi dan Ahmad)..
Naasnya nasib orang yang menyia-nyiakan menu Ramadhan. Wal’iyâdzu
billâh.
posted by abuhaitsambuldan/almatuq.sch.id