Istilah langgas belum begitu akrab di telinga kita dibanding dengan istilah milenial, padahal kata langgas sudah menjadi terminologi baku dan telah dikodifikasi dalam Kamus Bahasa Indonesia, tidak seperti milenial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia langgas artinya tidak terikat kepada sesuatu atau kepada seseorang; bebas. Bisa dikatakan, yang dimaksud Generasi Langgas (Milenial) adalah generasi yang menginginkan kebebasan.

Transisi demografi telah melahirkan generasi-generasi yang berbeda-beda karakteristiknya. Pada tahun 1946-1965 generasinya dikenal dengan sebutan Baby Boomers. Secara literal baby boom berarti ledakan bayi, dinamakan demikian karena pasca perang dunia ke-2 angka kesuburan manusia dan kelahiran bayi sangat tinggi, hingga akhirnya pada tahun 1964 pil pengontrol kehamilan pun diperkenalkan di dunia. Di Indonesia, pil ini disebut dengan pil KB (keluarga Berencana) dengan jargon yang sangat populer “ Dua Anak Lebih Baik”.

Dinamika kultur yang terjadi di tahun 60-an menjadikan Generasi Baby Boomers akrab dengan kultur hippies, sebuah tatanan kebudayaan baru yang urakan; berambut godrong, dandanan eksentrik, pesta narkoba, dansa telanjang dan seks bebas. Virus hippies pun menular sampai ke kota-kota besar di tanah air; Jakarta, Bandung, dan kota-kota lainnya. Di Bandung kala itu banyak anak-anak sekolah ikut-ikutan melakukan seks bebas, namun ujung-ujungnya menjadi pelacur-pelacur tanggung, sampai dikenal dengan sebutan gongli, singkatan dari bagong lieur (bahasa Sunda: babi hutan yang pening).

Pada tahun 1966-1980 tingkat kelahiran bayi jauh lebih rendah jika dibandingan dengan masa sebelumnya. Oleh karenanya, generasi pada masa ini disebut dengan Baby Busters, kebalikan dari Baby Boomers. Kemudian Baby Busters popular dengan Generasi-X, sebutan yang diambil dari novel berjudul “Generation X: Tales for An Accelerated Culture” karya Douglas Coupland asal Kanada.

Dinamika kultur yang popular di Generasi X adalah kultur yuppie (young urban professional) atau eksekutif muda. Para yuppies cenderung individualis, mereka memiliki orientasi yang kuat dalam menaiki tangga karier mereka di usia muda, akibatnya, yuppie identik dengan rumah mewah, mobil wah, dan pasangan yang hah hah.

Sedangkan generasi yang lahir dari tahun 1981 sampai sekarang mereka menyebutnya dengan Generasi Milenial (generasi yang sempat melewati millennium kedua). Ada juga yang membaginya menjadi tiga fase, dari 1981-1995 disebut dengan Generasi-Y; generasi berkarakteristik optimis, idealis, individualis, dan menyukai lingkungan yang fleksibel.

Dari tahun 1996-2010 disebut dengan generasi-Z; generasi yang lahir saat teknologi sedang berkembang pesat, cenderung menginginkan segala sesuatu yang serba instan, males ribet dengan aturan, kurang ambisi untuk bisa sukses, dan sangat cepat beradaptasi dengan teknologi.

Dan dari tahun 2010 sampai sekarang disebut dengan Generasi A (Alpha). Menurut McCrindle, Generasi Alfa (anak-anak dari Generasi Milenial) akan menjadi generasi paling banyak di antara yang pernah ada. Sekitar 2,5 juta Generasi Alfa lahir setiap minggu. Membuat jumlahnya akan bengkak menjadi sekitar 2 miliar pada 2025. Generasi Alfa digadang akan menajdi generasi paling berpengaruh dalam kehidupan manusia akan tetapi karakteristiknya belum bisa terditeksi karena usia mereka masih sangat dini pada saat ini. (Disarikan dari beberapa situs internet)

Dari penjelasan di atas kita bisa menyimpulkan, bahwa semua generasi yang disebutkan itu pada umumnya menginginkan kebebasan dan kebahagiaan, mereka berusaha untuk meraihnya dengan caranya masing-masing sesuai dengan zaman yang mereka hidup di dalamnya.

Agama islam adalah agama yang menjunjung tinggi kebebasan, islam memberikan kebebasan hidup, kebebasan beramal, kebebasan bekerja, kebebasan mencintai dan kebebasan-kebebasan lainnya. Namun, yang dimaksud kebebasan dalam islam adalah kebebasan yang rasional dan bisa dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat, bukan kebebasan yang kebablasan. Dari Sahl bin Sa’d, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Jibril mendatangiku lalu berkata: “Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.” Kemudian dia berkata:” Wahai Muhammad! Kemulian seorang mukmin adalah berdirinya dia pada malam hari (untuk shalat malam), dan keperkasaannya adalah ketidakbutuhannya terhadap manusia.” (HR. al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Ausath no 4278. Hadits ini dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits al-Shahihah 2/483)

Kalau yang dimaksud dengan generasi langgas adalah generasi bebas yang tidak terikat kepada sesuatu atau kepada seseorang, maka ini telah sesuai dengan konsep tauhid di dalam islam. Karena seseorang tidak boleh mengikatkan dirinya, menghambakan dirinya atau menggantungkan dirinya kepada sesuatu atau siapapun kecuali hanya kepada Allah. Dengan kata lain generasi lanngas versi ini bisa juga disebut dengan Generasi Muwahhid.

Tauhid membebaskan manusia dari penghambaan diri kepada makhluk. Hanya Generasi Muwahhidlah yang benar-benar merasakan kemerdekaan atau kebebasan yang seutuhnya, karena mereka sudah bisa berlepas diri dari semua belenggu penghambaan, di hatinya hanya ada Allah Ta’ala; sumber kebaikan, satu-satunya pencipta, pemberi rezki dan pengatur alam semesta ini.

Sahabat mulia Rib’iy bin ‘Amir ketika ditanya oleh Rustum panglima perang Persia, apakah yang kalian bawa?”. Maka beliau menjawab: “Allah yang mengutus kami untuk membebaskan siapa yang dikehendaki-Nya dari penghambaan diri kepada makhluk kepada penghambaan diri kepada Rab Makhluk, dan dari kesempitan dunia kepada kelapangannya, serta dari kezhaliman aturan manusia kepada keadilan Islam.” (Al-Bidayah wa al-Nihayah (7/39).

Jadi, kebebasan dan kebahagian hanya akan diraih dengan mentauhidkan Allah, sementara kebebasan dengan memuja hawa nafsu serta mengabaikan norma-norma agama dan moralitas, itu hanyalah kebebasan semu yang hanya akan mendatangkan kesempitan dalam hidup dan menguatkan belenggu-belenggu. Syaikhul islam pernah mengatakan, “Orang yang dipenjara adalah orang yang terpenjara hatinya dari Allah Ta’ala, dan orang yang tertawan adalah orang yang dibelenggu oleh hawa nafsunya.” (Al-Wabilu al-Shayyib min al-kalimah al-Thayyib”: hal. 67).

Para ulama mengilustrasikan kebutuhan manusia terhadap petunjuk Allah seperti kebutuhan ikan terhadap air (Al-Wabilu al-Shayyib” : hal. 63). Jika demikian adanya, maka tidak bisa dikatakan merdeka ketika ikan jauh dari air, yang ada hanya kematian bukan kebebasan. Begitu pula ketika manusia jauh dari Allah ta’ala, alih-alih kebebasan yang ia dapat, yang ada hanya kehinaan karena ia telah menjadi budak dunia dan hawa nafsunya.

Penulis Ust. Abu Abdirrahman Anfalullah, Lc., M.Pd. hafidhahullah

×

 

Bismillah...

Klik kontak kami di bawah ini untuk mengobrol di WhatsApp

× WhatsApp