DO’A YANG DITERIMA
Oleh : Abu Muhammad
Salah satu ibadah yang diperintahkan oleh Allah I kepada hamba-hamba-Nya adalah, berdo’a kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya :
” وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ” ( المؤمن :60)
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (Al-Mu’min ; 60)
Juga sabda Rasulullah :
” إِنَّ الدُّعَاءَ هُوَ الْعِبَادَةُ ” (رواه أحمد والترمذي)
“ Sesungguhnya do’a adalah ibadah” (H.R. Ahmad dan Tirmidzi)
Ma’na do’a
Do’a dalam bahasa Arab (الدعاء) diambil dari kata : ‘دعا – يدعو – دعاء ‘ berarti memanggil atau mengharap. Sedangkan berdo’a kepada Allah I bagi seorang muslim, mengandung tiga ma’na yang mendalam: Pertama, mentauhidkan (menyatakan keesaan Allah I) dan memuji-Nya. Kedua, meminta ampunan, dan rahmat Allah, serta apa-apa yang lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Ketiga, memohon kebaikan (rizki, dsb) di dunia.
Berdo’a kepada Allah I, adalah sebuah pengakuan seorang hamba akan ketidakberdayaannya, dan sebagai bukti ketergantungan dirinya kepada Yang Maha Kuasa. Ini merupakan sikap yang sangat pantas dimiliki oleh seorang hamba yang tidak berdaya. Maka bila ada seorang hamba yang tidak mau berdo’a kepada Allah I, berarti ia memiliki sifat sombong dan merasa tidak butuh kepada-Nya. Sikap seperti itu sangat tidak disukai oleh Allah I. Rasulullah e bersabda :
” مَنْ لَمْ يَدْعُ اللَّهَ غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ ” (رواه أحمد وابن ماجة)
“ Barang siapa tidak berdo’a kepada Allah, niscaya Allah marah kepadanya” (H.R. Ahmad dan Ibnu Majah)[1]
Allah I menerima seluruh do’a
Dalam ayat pertama di atas, dijelaskan bahwa Allah I pasti memperkenankan (menerima) setiap do’a yang dipanjatkan oleh hamba-Nya. Di ayat lain, Allah I lebih memberikan harapan kepada hamba-Nya, untuk diterima segala do’a yang dipanjatkannya :
” وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ” (البقرة : 186)
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah ; 186)
Namun lihatlah! Dalam ayat ini Allah I mensyaratkan dua hal agar do’a seorang hamba diterima dan dipenuhi, yaitu: Pertama, hendaknya si hamba yang berdo’a memenuhi (melaksanakan) segala perintah Allah I. Kedua, hendaknya si hamba beriman kepada Allah I dan yakin bahwa Allah akan memenuhi do’anya.
Agar do’a kita dikabul
Banyak di antara kita yang terlalu yakin bahwa setiap do’anya akan diterima, tanpa memperhatikan factor-faktor dan sebab-sebab diterimanya do’a. Untuk itu, kita harus tahu langkah-langkah apa saja yang harus kita lakukan agar do’a diterima oleh Allah I. Pertama. Sebelum berdo’a, kita harus berusaha membersihkan diri dari segala dosa, menjaga agar jangan sampai ada barang haram yang masuk ke tubuh, atau menempel di badan. Abu Hurairah t meriwayatkan sebuah hadits :
” قَالَ رَسُولُ اللَّهِ e أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا … ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ (رواه مسلم)
“Rasulullah e bersabda: “Wahai manusia ! sesungguhnya Allah itu baik, tidak akan menerima kecuali yang baik…. “ Kemudian Rasulullah menceritakan seorang laki-laki yang sedang menempuh perjalanan jauh, rambutnya sudah kusut dan pakaiannya sudah berdebu (lusuh), si orang itu mengangkat tangannya ke langit (sambil berdo’a): “Ya Allah Rabb-ku! Ya Allah Rabb-ku! “Tapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan tumbuh dengan segala yang haram, maka bagaimana akan diperkenankan do’anya itu?” (H.R. Muslim)
Kedua. Berdo’a dengan sungguh-sungguh dan serius, dengan satu keyakinan bahwa Allah akan menerima do’a kita dan memenuhi permohonan kita. Rasulullah e bersabda :
” …ٍ فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَيُّهَا النَّاسُ فَاسْأَلُوهُ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ لِعَبْدٍ دَعَاهُ عَنْ ظَهْرِ قَلْبٍ غَافِلٍ ” (رواه أحمد)
“ Maka apabila kalian meminta kepada Allah wahai manusia ! mintalah kepadanya dengan yakin akan perkenan-Nya, Sesungguhnya Allah tidak akan memperkenankan seorang hamba yang berdo’a kepadanya, sementara hatinya lalai.” (H.R. Ahmad)[2]
Ketiga. Memilih waktu-waktu yang tepat untuk berdo’a. Karena Allah I memberikan keistimewaan pada waktu-waktu tertentu, di mana bila hamba-Nya berdo’a pada saat itu, kemungkinan besar do’anya diterima. Di antara waktu-waktu istimewa itu adalah: Pertama, pada sepertiga malam terakhir. Rasulullah e bersabda :
” يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ ” (رواه البخاري ومسلم )
“ Tuhan kita Yang Maha Agung dan Maha Mulia turun setiap malam ke langit dunia, saat sepertiga malam yang terakhir, Allah berfirman : Siapa yang berdo’a kepada-Ku akan Aku perkenankan baginya, siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku berikan permintaannya, siap yang memohon ampun kepada-Ku akan Aku ampuni dia.
Kedua, pada saat antara adzan dan iqamah. Rasulullah r bersabda :
” لَا يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ ” (رواه أبو داود )
“ Tidak akan ditolak do’a di antara adzan dan iqamah” (H.R. Abu Daud)[3]
Ketiga, pada saat sujud. Rasulullah r ber-sabda:
” وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ ” ( رواه مسلم)
“ Ada pun sujud, maka bersungguh-sungguhlah kalian berdo’a, karena dekat sekali untuk dipenuhi do’a kalian “ (H.R. Muslim)
Keempat, berdo’a secara terus menerus, tidak hanya satu kali saja. Dan jangan bosan berdo’a sampai apa yang kita mohonkan itu dipenuhi oleh Allah I. Rasulullah r bersabda :
” لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ ” (رواه مسلم)
“Akan selalu dipenuhi permintaan seorang hamba, selama ia tidak berdo’a dengan dosa atau memutuskan kekerabatan, juga selama ia tidak tergesa-gesa.” Ditanyakan (oleh para shahabat): “Ya Rasulullah! Apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa?” Rasulullah menjawab: “Bila si hamba berkata: aku telah berdo’a, aku telah berdo’a, tapi aku tidak melihat do’aku itu dipenuhi (oleh Allah). Lalu dia merasa bosan dan meninggalkan do’a (tidak berdo’a lagi) “ (H. R. Muslim)
Kelima, ikhlas dalam berdo’a. Artinya berdo’a benar-benar hanya kepada Allah I, tidak ditujukan kepada selain-Nya, juga tidak menjadikan perantara antara kita dengan Allah I. Firman Allah I :
” هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ” (الممؤمن : 65)
“Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. “
Allah I melarang dengan keras berdo’a kepada selain diri-Nya :
” وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا ” (الجن : 18)
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.”
Wallaahu A’lam.
[1]. Hadits ini dinyatkan shahih oleh Syaikh al-Albânî, Al-Silsilah al-Shahîhah, juz VI, hlm. 156.
[2] Hadits ini dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albânî, al-Silsilah al-Shahihah, juz II, hlm. 141.
[3] Hadits ini dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud, juz I, hlm. 105.