Allah Ta’ala berfirman:

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا [هود : 7

Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya”
Syaikh ‘Abdurrahman al-Sa’dî dalam tafsirnya mengatakan: “Maka setelah Allah menciptakan langit dan bumi, Dia bersamayam di atas ‘Arsy mengatur seluruh urusan dan memperlakukannya sesuai kehendak-Nya, baik hukum-hukum qadariyah (ketetapan yang pasti terjadi atas seluruh alam) dan hukum-hukum syar’iyyah (ketetapan berdasarkan syari’at-Nya), oleh karena itu Dia berfirman: “Agar Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang paling baik amalnya.” Karena Dia menciptakan untuk kalian segala apa yang ada di langit dan di bumi, maka Dia akan menguji kalian dengan perintah dan larangan-Nya. Kemudian Dia melihat siapa di antara kalian yang paling baik amalnya. (Tafsir al-Sa’dî, I/377)
Subhaanallaah… Alam semesta yang luasnya tak terhingga, tidak ada yang mengetahuinya secara pasti selain Allah subhanahu wa ta’ala. Manusia modern dengan peralatan yang sangat canggih pun, belum ada yang mampu mengetahui berapa luas alam semesta ini. Jangankan alam semesta secara keseluruhan, langit pertama pun belum ada yang tahu.
Di ayat lain, secara lebih khusus Allah subhanahu wata’ala menyebut penciptaan segala apa yang ada di bumi, dengan tujuan untuk menguji manusia pula. Lihatlah firman-Nya:

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا [الكهف : 7

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
Syaikh ‘Abdurrahman al-Sa’di menafsirkan ayat ini sebagai berikut: Bahwasanya Allah menciptakan semua yang ada di atas bumi: makanan-makanan yang lezat; minuman-minuman; tempat-tempat tinggal yang baik; pepohonan; sungai-sungai; buah-buahan; pemandangan-pemandangan yang indah; taman-taman yang sejuk; suara-suara yang merdu; bentuk-bentuk yang menawan; emas; perak, kuda; unta dan sebagainya, semuanya Allah ciptakan sebagai peerhiasan dunia ini dan sebagai ujian bagi manusia. (Tafsir al-Sa’di, I/470).
Sungguh menakjubkan, bagaimana Allah subhanahu wata’ala menciptakan alam semesta yang maha luas ini, dengan tujuan untuk menguji manusia, padahal manusianya sendiri saat itu belum diciptakan. Kalau begitu, betapa hebatnya makhluk yang disebut manusia ini, betapa tinggi kedudukannya, padahal betapa kecilnya manusia bila dibandingkan langit dan bumi. Jangankan dengan alam semesta, dengan bumi yang didiaminya saja, manusia tidak seberapa besarnya.
Langit dan bumi telah diuji oleh Allah Ta’ala.. Keduanya telah lulus dalam ujian ini. Lihatlah firman-Nya:

ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ [فصلت : 11

“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.”
Keduanya telah menyatakan untuk melaksanakan perintah Allah dengan suka hati, tidak terpaksa.. Berarti keduanya telah lulus ujian.
Bagaimana dengan manusia? Setiap orang akan membuktikan apakah dirinya lulus ujian atau tidak. Manusia yang paling baik amalnya dialah yang lulus dengan nilai tertinggi, sebaliknya manusia yang paling jelek amalnya, dialah yang paling buruk nilainya dan dinyatakan tidak lulus secara mutlak. Di antara keduanya manusia bertingkat-tingkat nilainya, sesuai dengan baik atau buruk amalnya.
Namun.. bagaimana amal yang paling baik itu sebenarnya?
Coba simak perkataan Fudhail bin ‘Iyadh berikut: “Yang paling baik amalnya adalah yang paling ikhlas dan paling benar.”
Ketika ditanyakan kepadanya apa yang dimaksud dengan yang paling ikhlas dan paling benar itu, Fudhail menjelaskan: “Sesungguhnya amal apabila dilaksnakan dengan ikhlas, namun tidak benar, maka amal itu tidak akan diterima. Begitu pula bila amal dilaksanakan dengan benar namun tidak ikhlas, juga tidak akan diterima. Jadi yang diterima adalah yang ikhlas dan benar. Dan yang dimaksud dengan ikhlas adalah yang ditujukan hanya untuk Allah, dan yang benar adalah yang mengikuti syari’at dan sunnah. Ini sama dengan firman Allah: “Tidaklah aku ciptaka jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku”   Wallahu A’lam. (Ust. Abu Muhammad Ade Hermansyah)

×

 

Bismillah...

Klik kontak kami di bawah ini untuk mengobrol di WhatsApp

× Ada yang bisa kami bantu?