Oleh : Ust. Ade Hermansyah
Siapa sih yang tidak ingin hidup bahagia ?
Namun di manakah sebenarnya kebahagiaan itu berada ?
Rasanya, semua orang yang hidup di dunia ini pasti ingin mendapatkan kebahagiaan, namun mereka menempun jalan yang berbeda untuk mendapatkannya, karena perbedaan sudut pandang terhadap hakikat kebahagiaan itu sendiri. Sebagian orang menganggap bahwa kebahagiaan itu dapat dimiliki dengan banyaknya harta, rumah megah, uang berlimpah, jalan ke mana-mana tanpa harus menyentuh tanah karena selalu memakai mobil mewah. Untuk itu mereka bekerja siang dan malam, mengerahkan seluruh kemampuan, menempuh segala jalan dan cara untuk mengeruk dan mengumpulkan harta, sehingga tidak mempedulikan apakah itu halal atau haram. Nampaknya mereka lupa bahwa sebanyak apapun harta yang dimiliki tidak akan sedikitpun mampu menolong bila ajal telah tiba, apalagi bila badan sudah dipendam dalam tanah yang gelap gulita. Ada pula yang beranggapan bahwa kebahagiaan ada pada kedudukan, kekuasaan, pangkat, atau jabatan, sehingga mereka berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya, harta pun mereka hambur-hamburkan demi mendapatkan kekuasaan, terkadang nyawapun mereka korbankan (walaupun pada kenyataanya mereka lebih rela mengorbankan nyawa orang lain daripada nyawa mereka sendiri). Mereka lupa bahwa kekuatan manusia itu terbatas, kekuasaan yang sudah diraih pun tidak bisa dipertahankan selamanya. Nampaknya mereka kurang bisa mengambil pelajaran dari apa yang menimpa orang-orang terdahulu. Betapa kekuasaan yang sudah sekian puluh tahun itu akhirnya tumbang, untuk kemudian orang pun lupa akan kekuasaan yang pernah digenggamnya. Ada pula yang beranggapan bahwa kebahagiaan itu dicapai dengan ketenaran dan popularitas. Mereka merasa bahagia kalau namanya sudah dikenal dan sering disebut-sebut oleh banyak orang, sering tampil di media massa baik media elektronik ataupun media cetak. Untuk mencapai ketenaran itu banyak di antara mereka yang berani menjual diri dan kehormatan. Lihatlah di berbagai koran dan tabloid atau majalah murahan banyak perempuan-perempuan yang dengan bangganya memamerkan aurat mereka, tanpa menyadari bahwa mereka sudah disamakan dengan hewan-hewan di kebun binatang yang dipampang dengan badan telanjang. Banyak orang mengambil jalan pintas untuk menjadi orang terkenal dengan menjadi artis film atau musik, karena nampaknya media inilah yang paling cepat mengorbitkan seseorang menjadi orang terkenal. Mereka lupa bahwa ketenaran itu tidak jarang menimbulkan kecelakaan dan kesengsaraan. Kita mungkin masih ingat bahwa John Lenon penyanyi yang sangat terkenal itu akhirnya mati ditembak penggemarnya sendiri. Ternyata tidak semua yang dianggap akan membahagiakan itu benar-benar membahagiakan, bahkan justru sebaliknya membawa malapetaka. Kalau begitu, di mana sebenarnya kebahagiaan itu ? Maukah anda kami ajak untuk bersama-sama menelusuri jalan yang akan menyampaikan kita kepada kebahagian sesungguhnya?, bukan kebahagiaan semu bukan pula kebahagiaan palsu, tapi kebahagiaan abadi, kebahagiaan di bawah naungan Rabbul ‘Izzati. Sudah sejak lama Allah I menunjukkan kepada umat manusia jalan menuju kebahagiaan, di samping itu Allah I telah memberikan cara dan bimbingan yang lengkap agar mereka selamat dalam menempuh jalan itu sampai di tujuan yang diidam-idamkan. Inilah salah satunya! Allah I berfirman : مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ( النحل: 97) “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl ; 97) Dalam ayat di atas Allah I memberi kabar dan janji bagi siapa yang mampu menyatukan iman dan amal soleh, untuk menganugerahkan baginya kehidupan yang baik di dunia dan pahala yang lebih baik di dunia dan di akhirat. Hal itu akan terjadi karena orang-orang yang beriman kepada Allah I dengan sebenar-benar iman dan membuahkan amal soleh, pasti mereka mampu memperbaiki hati dan amal perbuatan mereka, yang berbuah kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat. Orang-orang yang beriman memiliiki pondasi yang kokoh untuk menghadapi segala hal yang mereka hadapi. Mereka menerima kebaikan dan kegembiraan dengan sebaik-baiknya, mensyukurinya, lalu mempergunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat, dengan demikian mereka akan merasakan ketentraman, selalu berharap kebahagiaan itu senantiasa menyertainya, menambah kebaikan pada dirinya, juga selalu menanti pahala atas rasa syukurnya. Dan itulah kebahagiaan di atas segala kebahagiaan. Di sisi lain, mereka selalu berusaha untuk menghindari segala sesuatu yang tidak disukainya baik itu kecelakaan, kesedihan, kepahitan hidup maupun yang lainnya. Namun, apabila hal-hal yang tidak diinginkan itu terjadi, mereka berlapang dada menerimanya dan bersabar dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian mereka akan mendapatkan dari musibah yang mereka alami itu bebagai kebaikan. Pertama, mempunyai daya tahan tinggi dan pengalaman yang baik dalam menghadapi segala musibah karena sudah terbiasa dan terlatih diri untuk menghadapinya. Kedua, memiliki kesabaran yang tinggi dan selalu mengharapkan pahala dari Allah I atas kesabaran mereka. Hal mana membuat segala bentuk musibah terasa kecil dan tidak berarti. Ketiga, merubah sebuah musibah menjadi kebahagiaan dan kegembiraan dengan harapan besar akan mendapatkan pahala dan karunia dari Allah I. Semua itu diungkapkan oleh Rasulullah e dalam sebuah sabdanya : ” عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ” ( رواه مسلم ) “ Sungguh mengagumkan apa yang ada pada diri seorang mu’min, segala yang terjadi padanya adalah baik, dan itu tidak ada seorang pun mampu melakukannya selain seorang mu’min. Apabila mendapatkan kesenangan ia bersyukur maka itu adalah kebaikan bagi dirinya, apabila ditimpa kesempitan ia bersabar maka itu adalah kebaikan bagi dirinya. (H.R. Muslim) Rasulullah e menjelaskan bahwa seorang mu’min akan selalu mendapatkan kebaikan yang berlipat ganda dari seluruh amalannya baik ketika ia mendapatkan kesenangan ataipun ketika ia mengalami kesempitan. Seorang mu’min apabila terkena musibah sakit atau kemiskinan atau musibah-musibah lainnya yang mungkin menimpa seseorang, maka dengan imannya dan sifat qana’ah yang dimilikinya serta keridoan menerima taqdir Allah I, ia selalu merasa bahagia, tidak akan mengharapkan sesuatu diluar taqdir Allah I. Ia akan melihat orang lain yang lebih menderita darinya, tidak akan melihat orang yang lebih senang darinya, bahkan mungkin kebahagiaan dan kegembiraannya melebihi kegembiraan orang yang mendapatkan kelebihan duniawi tapi tidak memiliki sifat qana’ah. Sebagaimana akan anda lihat orang yang tidak memiliki amal yang dilandasi iman yang kuat, apabila ia ditimpa musibah kemiskinan misalnya, atau kehilangan sebagian yang dimilikinya, ia akan sangat menderita dan sengsara. Inilah sebenarnya kebahagiaan yang hakiki yang perlu kita raih dan kita miliki, bukan tidak boleh kita mempunyai harta yang banyak, kedudukan tinggi atau dikenal oleh orang banyak, akan tetapi kita harus mempergunakan seluruh yang kita miliki itu untuk beramal soleh sebagai bukti dari iman kita. Dan seandainya semua kekayaan, kedudukan dan ketenaran itu tidak kita miliki, kita harus bersabar dan kita yakin kesabaran itulah kebahagiaan yang aka
n mengantarkan kita kepada kebahagiaan yang abadi di sisi Allah Yang Maha Agung dan Maha Suci. Wallaahu A’lam. Sumber:
الوســائل المفـيدة للحيـاة السـعـيدة
Karya Syeikh Abdurrahman as- Sa’dy