Allah I berfirman :
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا( النســاء :9)
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. ( An-Nisaa; 9 )
Ayat di atas memperingatkan kepada seluruh orang tua untuk mempersiapkan anak menghadapi kehidupan di masa yang akan datang, setelah mereka meninggal atau setelah tidak mampu lagi mengurusnya.
Tentunya tidak ada orang tua yang ingin melihat atau meninggalkan anaknya sengsara atau miskin. Semuanya ingin agar anaknya bahagia dan sejahtera. Banyak cara yang ditempuh untuk mensejahterakan anak, atau menyiapkan bekal untuk masa depannya, agar sejahtera, makmur dan tidak kekurangan satu apapun. Namun sayang, banyak yang tidak menyadari dan tidak tahu bekal apa yang harus dipersiapkan.
Alllah I memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi orang tua yang ingin melihat atau meninggalkan anaknya sejahtera. Coba perhatikan pelajaran itu dalam kisah perjalanan Nabi Musa u dan Khidir. Tatkala keduanya sampai kepada penduduk sebuah kota, mereka minta dijamu, namun pendduduk kota itu tidak mau. kemudian keduanya mendapatkan dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr memperbaikinya.
Kemudian Khidir menjelaskan kenapa ia melakukan hal itu: “Adapun dinding rumah itu adalah milik dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta simpanan milik mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu” ( Q. S. Al Kahfi ; 77 dan 82 )
Ternyata karena keshalihan bapak kedua anak yatim itu Allah I mengutus dua orang Nabi-Nya untuk menjaga harta anak-anaknya setelah ia meninggal. Bukan karena si bapak seorang raja, juga bukan karena si bapak seorang yang mempunyai kedudukan atau pangkat yang tinggi.
Sejarah lslam mencatat seorang khalifah yang bijaksana dari Bani Umayah, yaitu Umar bin Abdul Aziz yang walau masa kekhilafahan hanya dua tahun saja, namun semua rakyatnya benar-benar merasakan keadilan dan kesejahteraan yang merata, dan selama ia berkuasa ia terkenal sangat bersih dan tidak pernah sedikitpun memakan harta yang bukan haknya, sehingga ia dengan kekuasaannya itu tidaklah menjadi orang kaya. Sesaat sebelum ia meninggal, ia tidak mempunyai sedikitpun harta untuk diwariskan, di hadapan seluruh anaknya, tujuh laki-laki dan tujuh perempuan, ia berkata kepada mereka sambil menangis: “Anak-anakku sungguh aku tidak meninggalkan harta sedikitpun untuk kalian, aku hanya meninggalkan untuk kalian Allah Yang Maha Esa :
” إنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ ( الأعراف : 196 )
Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh. ( Al-Araaf ; 197 )
apabila kalian menjadi orang-orang yang taat maka Allah akan menjaga kalian, tapi apabila kalian durhaka maka aku tidak akan menolong kalian dalam berbuat durhaka kepada Allah.“ Kemudian ia pun meninggal. Dan ternyata setelah ia meninggal anak-anaknya menjadi orang-orang yang paling kaya di negerinya.
Begitulah ternyata keshalihan orang tua benar-benar menjadi bekal yang sangat berharga bagi anak-anak yang ditinggalkannya. Namun inipun tentunya tidak berarti bahwa setiap orang tua muslim tidak boleh menyiapkan bekal materi untuk anak-anaknya, karena Rasulullah r sendiri memperhatikan hal itu, sebagaimana pesannya kepada Sa’d bin Abi Waqqosh t: “Sesungguhnya apabila kamu meninggalkan ahli waris kamu kaya adalah lebih baik dari pada kamu meninggalkan mereka miskin meminta-minta belas kasihan manusia ( H. R. Bukhori ) .
Alhasil, orang tua yang ingin mempersiapkan bekal untuk anak-anaknya di masa yang akan datang, jangan terlalu bergantung kepada perhitungan-perhitungan materi sehingga lupa bahwa bekal untuk anak-anaknya itu ada pada dirinya sendiri.
Tercatat dalam sejarah betapa orang tua yang ingin melihat anak-anaknya sejahtera dengan mempersiapkan harta yang banyak, namun ia terlalu yakin dengan perhitungannya dan lupa memperbaiki dirinya sendiri. Adalah Al-Qohir seorang khalifah dari Bani Abbasiyah, ketika berkuasa, ia menggali lubang di bawah tanah untuk menyimpan hartanya berupa emas dan perak yang sangat banyak. Setelah merasa puas ia kummpulkan anak-anaknya dan berkata: “ Wahai anak-anakku janganlah kalian takut miskin, karena aku telah menyimpan di dalam lubang ini harta yang banyak sekali yang kalau dibagikan kepada seluruh penduduk Baghdad pasti semuanya bisa menjadi pedagang.“ Tapi apa yang terjadi ? Sebelum ia meninggal dan sebelum anak-anaknya bisa menikmati harta yang ia timbun itu, ia di turunkan dari tahtanya, seluruh hartanya disita dan diserahkan kepada khalifah penggantinya.
Begitulah pelajaran berharga dari Allah I dan dari sejarah orang-orang sebelum kita, sungguh sangat bermanfaat bagi para orang tua yang mendambakan keturunan yang bahagia dan sejahtera.
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيد ٌ( ق : 37)
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. (Q.S. Qaaf ; 37 )
Mudah-mudahan kita bisa melakukannya. Amin.
Wallaahu A’lamu bish showaab. (Ade Hermansyah)

×

 

Bismillah...

Klik kontak kami di bawah ini untuk mengobrol di WhatsApp

× Ada yang bisa kami bantu?